Jumat, 23 September 2016

Model Pembelajaran Pair Check

Model Pembelajaran Pair Check

Model Pembelajaran Pair Check
pembelajaran


Model pembelajaran Pair Checkini diperkenalkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993. Model ini juga merupakan model pembelajaran berpasangan (Zainal Aqib, 2013: 34). Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Metode ini juga melatih tanggungjawab sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian (Miftahul Huda, 2013: 211).

Miftahul Huda (2013: 211-212) menerangkan langkah-langkah model pembelajaran Pair Check adalah sebagai berikut.


  • Guru menjelaskan konsep
  • Siswa dibagi ke dalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim dibebani masing-masing satu peran yang berbeda: pelatih dan partner.
  • Guru membagikan soal kepada partner
  • Partner menjawab soal, dan si pelatih mengecek jawabnnya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.
  • Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner dan partner menjadi pelatih.
  • Guru membagikan soal kepada partner.
  • Partner menjawab soal, dan si pelatih mengecek jawabnnya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.
  • Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
  • Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal.
  • Setiap tim mengecek jawabannya.
  • Tim yang paling banyak mendapatkan kupon diberi hadiah atau reward oleh guru.


Pair check memiliki kelebihan-kelebihannya tersendiri, antara lain:

1) meningkatkan kerja sama antar siswa; 2) peer tutoring; 3) meningkatkan pemahaman atas konsep dan/atau proses pembelajaran; dan 4) melatih siswa berkomunikasi dengan baik dengan teman sebangkunya (Miftahul Huda, 2013: 212)

Sementara itu dalam Maiftahul Huda (2013: 212) kekurangan model pair check,

1) utamanya karena model tersebut mmembutuhkan waktu yang benar-benar memadai dan 2) kesiapan siswa untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik.


Demikian yang dapat saya tuliskan untuk model pembelajaran pair chek kurang lebihnya saya mohon maaf dan semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua terimakasih

Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing

Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing

Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing
pembelajaran


Anita Lie (2008: 63) berpendapat metode belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

Menurut Miftahul Huda (2011: 142-143) Metode pembelajaran Kancing Gemerincing Ini Dapat Dicirikan Sebagai Berikut:

Dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990).
Dapat diterapkan semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Dalam kegitan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok berkesempatan memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan anggota yang lain.
Dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Dalam kebanyakan kelompok, sering kali ada satu anak/anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggungjawab dalam kelompok bisa jadi tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan.
Metode ini memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam kontribusi pada kelompoknya masing-masing.

Prosedur pembelajaran menggunakan metode Kancing Gemerincing sebagai berikut:

Guru menyiapakan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (atau benda-benda kecil lainnya).
Sebelum memulai tugasnya, masing-masing anggota dari setiap kelompok mendapatkan 2 atau 3 buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya ditengah-tengah meja kelompok.
Jika kancing yang dimiliki salah seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya menghabiskan kancingnya masing-masing.
Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk mebagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.

Keunggulan metode Kancing Gemerincing adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Metode Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
Demikianyang dapat saya tuliskan tentang metode Kancing Gemerrincing semoga dapat bermanfaat bagi semua terimakasih.

Metode Pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur

Metode Pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur


pembelajaran


Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu.

Dipahami atau tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat kita katakan tidak ada ruang dan waktu.

Manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu. Karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.

Penjelasan Model pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur

Anita Lie (2008: 60) berpendapat bahwa metode belajar mengajar Kepala Bernomor Terstruktur sebagai modifikasi Kepala Bernomor yang dipakai oleh Spencer Kagan. Metode Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas.

Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Menurut Miftahul Huda (2011: 142-143) metode pembelajaran ini dapat di cirikan sebagai berikut:
Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik Kepala Bernomor (NHT).
Memudahkan pembagian tugas.
Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok.
Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Prosedur pembelajaran dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:


Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bias melibatkan kerjasama antar kelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama siswa-siswa ynag bernomor sama dari kelompok lain. Dengan demikian, siswa-siswa dengan tugas ynag sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil mereka.

Untuk memudahkan pembentukan kelompok dan perancangan tugas, metode kepala bernomor terstruktur ini bisa diterapkan pada kelompok-kelompok yang memang dibetuk secara permanen. Artinya, siswa diminta mengingat kelompoknya sepanjang semester.

Agar ada pemerataan tanggungjawab, penugasan berdasarkan nomor bisa diubah-ubah atau diselang-seling. Misalnya, jika pada pertemuan hari ini siswa-siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data, maka pada pertemuan-pertemuan selanjutnya mereka bisa diminta bertugas melaporkan hasil kerjasama. Begitu pula dengan siswa-siswa nomor 2,3, dan 4.

Metode Kepala Bernomor Terstruktur ini juga bisa digunakan untuk mengubah komposisi kelompok dengan lebih efisien. Pada saat-saat tertentu, siswa bisa diminta keluar dari kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain.

Keunggulan metode Kepala Bernomor Terstruktur

Bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan/kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen.

  • Menumbuh motivasi dan percaya diri siswa
  • Memberikan kesempatan untuk masing- msaing siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerja sama serta kemampuan menerima materi yang diajarkan.
  • Melatih nilai tanggung jawab siswa
  • Metode Pembelajaran Kepala Bernomor Terstruktur Mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran


Demikian tentang metode pembelajaran kepala nomor terstruktur yang dapat saya sampaikan semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua terimakasih.

Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran Kooperatif

pembelajaran kooperatif
kooperatif


Guru harus menyiapkan isi materi pembelajaran sebaik mungkin dengan mengenali sumber bahan pembelajaran, memilih bahan pembelajaran yang sesuai dan menyusun bahan tersebut menjadi isi materi pembelajaran yang sesuai dan siap disajikan dalam proses belajar mengajar salah satunya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivitas. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2011: 14-15).

Menurut Trianto (2009: 56) pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivitis. pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Agus Suprijono, 2012: 54-55).

Yatim Riyanto (2009: 271) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dirancang untuk membelajarakan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.

Sedangkan menurut Rusman (2011: 209) mengemukakan model pembelajaran koperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu pola yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran di dalam kelas yang berbasis kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Semua siswa harus saling bekerja sama membantu untuk tujuan bersama, yakni memahami materi pelajaran. Guru hanya berperan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Unsur Pembelajaran Kooperatif

Yatim Riyanto (2009: 269) mengungkapkan bahwa unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif adalah

  • Mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antar sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat
  • Saling ketergantungan posiitif antar individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan)
  • Tanggung jawab secara individu
  • Temu muka dalam proses pembelajaran
  • Komunikasi antar anggota kelompok
  • Evaluasi pembelajaran kelompok

Menurut Jhonson dan Sutton (dalam Trianto, 2009: 60) terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu


  • Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai tujuan danterikat satu sama lain.
  • Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberi bantuan ini akan berlangsung alamiah karena kegagalan seseorang mempengaruhi suksesnya kelompok
  • Tanggungjawab induvidual. Tanggungjawab individual dalam pembelajaran kelompok dapat berupa tnaggung jawab siswa dalam membantu siswa yang membutuhkan bantuannya.
  • Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam pembelajaran kelompok, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
  • Proses kelompok. Proses kelompok terjadi jikaanggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
  • Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren (dalam Isjoni, 2011: 16) sebagai berikut:
  • Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”
  • Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
  • Para siswa harus berpandangan bahwa mereka samua memiliki tuuan yang sama.
  • Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok
  • Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok
  • Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keteraampilan bekerja sama selama belajar
  • Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 66) mengemukakan bahwa terdapat enam langkah utama di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukkan pada tabel

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
Fase Tingkah Laku Guru
agar melakukan transisi secara efisien
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6
Memberika penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Demikian beberapa ha tentang pembelajaran kooperatif yang dapat saya sampaikan semoga dapat bermanfaat terimakasih.

Model Pembelajaran

Model Pembelajaran

model pembelajaran
model pembelajaran


Model pembeajaran erat kaitannya dengan proses belajar mengajar oleh pendidik untuk peserta didik, dalam proses mengajar model pembelajaran digunakan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran yang di berikan, banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan untuk membantu proses mengajar sampai sekarang.

Dalam penerapannya hendaknya setiap proses pengajar menggunakan model pembeajaran yang berbeda sesuai dengan kondisi dan materi yang diajarkan, sehingga nantinya akan mudah bagi peserta didik dalam menerima pelajaran yancg diajarkan nantinya.

Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka didalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media computer, dan kurikulum (Trianto, 2010: 52).

Arends (dalam Trianto, 2010: 51) menyebutkan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial”.

Joyce dan Weil menyatakan “Models Of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn”(Trianto, 2010: 51).

Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, ketrampilan, cara berfikir dan mengekspresikan ide itu sendiri.

Sedangkan Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2011: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Dengan mengetahui beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pedoman bagi guru untuk merencanakan pembelajaran dan mendesain kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan dikelas demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Ciri-ciri Model Pembelajaran

Menurut Rusman (2011: 136) model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kretivitas dalam pelajaran mengarang.

Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran, (b) adanya prinsip-prinsip reaksi, (c) sistem sosial, dan (d) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (a) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (b) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Demikian beberapa pengertian model pembelajaran yang di kemukakn oleh beberapa ahli semoga dapat bermanfaat bagi kita semua terimakasih

PENGERTIAN BELAJAR

PENGERTIAN BELAJAR

pengertian-belajar
belajar


Belajar tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, bahkan sejak kita dilahirkan proses belajar sudah di mulai, belajar tidak identik harus di sekolah namun dalam kegiatan sehari – hari adalah belajar, ketika kecil mulai meniru orang di dekitar kita, kemudian mulai belajar bicara, berjalan dan seterusnya.

Proses belajar akan berlanjut terus seumur hidup kita, saat kita tua pun proses belajar masih tetap berlangsung , jadi proses ini berjalan terus setiap waktunya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya

Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli


Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Banyak hal diluar siswa menyebabkan belajar menjadi sukar ditentukan.

Oleh karena itu beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang belajar. Pidarta (dalam Bambang Warsita, 2008: 62) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya pada orang lain.

Slameto (2010: 2) “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengukurannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Syaiful Bahri (2008: 13) “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru dan sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yaitu apabila seseorang belajar maka responnya menjadi baik, sebaliknya bila tidak belajar responnya akan menurun.

Prinsip Belajar

Menurut Agus Suprijono (2012: 4-5) prinsip-prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Peubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:


  • Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
  • Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
  • Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
  • Positif atau berakumulasi
  • Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
  • Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakn oleh Witting, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of experience.
  • Bertujuan dan terarah
  • Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan


Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sitemik yang dinamis, konstrukktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.

Pengalaman pada dasarnya adalah hsil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and propocative environtment (Agus Suprijono, 2012: 5).

Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Bambang Warsita (2008: 64-65) mengatakan bahwa prinsip-prinsip belajar yang mendidik itu berkaitan dengan:


  • Perhatian dan motivasi belajar peserta didik.
  • Keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/pengalaman dalam belajar.
  • Pengulangan belajar.
  • Tantangan semangat belajar.
  • Pemberian balikan dan penguatan belajar.
  • Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar.



Ciri-Ciri Belajar


Ciri-ciri belajar menurut Wragg (dalam Aunurrahman, 2009:35-37) menemukan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:

Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu.

Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuattu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya.

Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku.


Jenis-Jenis Belajar


Ada beberapa jenis kegiatan dalam belajar yang dikemukakan oleh para ahli sebagai proses yang berlangsung selama hidup kita perlu kita pahami beberapa har dari kegiatan belajar ini, salasatu pendapat ahli yaitu Slameto, (2010 : 5) mengemukakan jenis-jenis belajar meliputi:


  • Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
  • Belajar dengan wawasan (learning by insight)
  • Belajar diskriminatif (discriminative learning)
  • Belajar global / keseluruhan (global whole learning)
  • Belajar insidental (incidental learning)
  • Belajar instrumental (instrumental learning)
  • Belajar intensional (intentional learning)
  • Belajar laten (latent learning)
  • Belajar mental (mental learning)
  • Belajar produktif (productive learning)
  • Belajar verbal (verbal learning).


Demikian lah beberapa pendapat dri para ahli tentang belajar semoga yang saya tulisakan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terimakasih.